PANIC BUYING di tengah Merebaknya Corona Virus Disease – 19 sebabkan kelangkaan
By : Amanda Dewi C (XI PS 1)
Saat
ini, sedang lagi dihebohkan oleh sebuah bencana yang dirasakan di seluruh
negara yakni bencana virus COVID – 19 atau
lebih dikenal dengan virus korona. Virus ini merupakan sebuah virus yang
menyerang sistem pernapasan, dan gejalanya hampir mirip seperti flu burung.
Namun, virus korona lebih mematikan daripada virus flu burung. Hingga saat ini,
obatnya masih susah ditrmukan dan hampir belum ditemukan obat pastinya. Hal ini
menyebabkan banyak masyarakat yang panik dan takut terserang virus tersebut. Virus
ini dapat menyerang siapapun dengan mudah, ia tidak pandang jenis kelamin, usia
dan status sosial saat menyerang manusia. Maka dari itu, sekarang para dokter
menyarankan untuk tidak melupakan kebiasaan lama, yakni mencuci tangan setelah
keluar rumah, setelah memegang benda dari luar atau tempat umum, dan sebelum
makan.
Kebiasaan ini telah diajarkan sejak kecil, namun banyak orang yang telah mengabaikan. Nah, karena virus COVID – 19 inilah yang menyebabkan masyarakat jadi mengingat kebiasaan lama tersebut. Cuci tangan yang baik adalah cuci tangan dengan sabun dan dengan air yang mengalir. Namun, jika kita sedang dalam keadaan darurat, kita bisa mengganti kedua bahan tersebut dengan 1 bahan lain, yakni hand sanitizer. Hand sanitizer merupakan suatu benda yang dapat dijadikan pengganti cuci tangan ketika keadaan sedang darurat. Benda ini memilki bahan aktif yang mampu membunuh kuman, salah satunya alkohol. Akhirnya, para dokter menyarankan agar membawa hand sanitizer kemanapun kita pergi. Hal ini menyebabkan masyarakat menjadi “pemburu” hand sanitizer, oleh karena itu kelangkaan pun terjadi dan diindikasikan menjadi penimbunan bagi oknum – oknum tak bertanggung jawab, dan mereka akan menjualnya dengan harga yang sangat tinggi, bisa – bisa harganya yang hanya belasan ribu menjadi ratusan ribu hingga jutaan rupiah.
Selain
dianjurkan untuk menjaga kebersihan tangan, virus ini juga bisa tertular lewat
batuk, bersin, pilek dan air mata. Oleh karena itu, dokter juga menyarankan
agar kita selalu menggunakan masker saat keluar rumah. Hal ini juga menyebabkan
masyarakat Indonesia menjadi “pemburu” masker. Mulai dari masker sekali pakai
hingga masker kain, yang bisa digunakan berkali - kali. Sehingga
menyebabkan masyarakat Indonesia menjadi
serakah dan pemborosan. Masker yang seharusnya untuk para medis dalam menangani
pasien korona, malah “ditimbun” oleh masyarakat Indonesia.
Dari
kelangkaan kedua barang diatas, menyebabkan produksi kedua barang tersebut
dikebut agar memenuhi kebutuhan masyarakat yang “serakah”. Akhirnya masyarakat
Indonesia membuat masker dan hand
sanitizer sendiri dengan memanfaatkan bahan - bahan alami, seperti lidah
buaya, jeruk nipis, dan lemon. Namun, pada produk hand sanitizer harus mengandung alkohol, dan alkohol saat ini juga
mengalami kelangkaan yang menyebabkan hand
sanitizer “rumahan” ini menjadi bebas alkohol.
Selain
membuat hand sanitizer sendiri,
masyarakat Indonesia juga berusaha untuk memenuhi kebutuhan masker dengan cara
membuat masker sendiri dari kain. Setelah membuat masker dari kain tersebut,
masyarakat Indonesia juga ada yang menjual masker kain tersebut dengan harga
yang cukup murah, mulai dari Rp 5.000,-.
Selain
kedua barang diatas, salah satu barang yang mengalami kelangkaan adalah Alat
Pelindung Diri (APD) yang digunakan para medis dalam merawat pasien terjangkit
virus korona. Para penjahit yang diberi tugas oleh pemerintah dan Mentri
Kesehatan untuk membuat APD sebanyak - banyaknya dengan bahan yang berstandar
WHO. Namun, kelangkaan bahan baku menjadi kendala dalam pembuatan APD tersebut.
Akhirnya, produksi APD tidak bisa dilakukan secara maksimal. Hal ini membuat
para medis berpikir untuk mencari bahan pemgganti APD, salah satunya dengan jas
hujan, dan helm.
Selain itu, pernah ditemukan seseorang yang menggunakan APD tidak pada fungsi dan tempatnya, yakni supermarket. Semua hal yang dilakukan diatas, hanyalah pemborosan semata yang tidak ada gunanya. Oleh sebab itu, mari kita tidak panic buying terhadap barang - barang diatas. Panic buying akan menyebabkan kelangkaan, penimbunan, dan kenaikan harga barang secara tidak wajar. Mari kita bantu semua orang dengan menghilangkan sikap panic buying, dan beli barang sewajarnya saja.
Selain itu, pernah ditemukan seseorang yang menggunakan APD tidak pada fungsi dan tempatnya, yakni supermarket. Semua hal yang dilakukan diatas, hanyalah pemborosan semata yang tidak ada gunanya. Oleh sebab itu, mari kita tidak panic buying terhadap barang - barang diatas. Panic buying akan menyebabkan kelangkaan, penimbunan, dan kenaikan harga barang secara tidak wajar. Mari kita bantu semua orang dengan menghilangkan sikap panic buying, dan beli barang sewajarnya saja.