Konselor Siap Menghadapi Siswa SMK Generasi Millenial 4.0

Wahyu Putri Lestari, S.Pd

Membangun kepercayaan diri merupakan kunci terbaik untuk membangkitkan peran guru agar bisa mendidik siswa menjadi generasi yang lebih baik dan berkemajuan.
Hal tersebut menjadi salah satu alasan diselenggarakannya “Kegiatan Bimibingan Teknis Kualitas Layanan Bimbingan Konseling SMK” bertempat di Hotel New Grand Park Surabaya, (12-14 Maret 2019)
Perkembangan pesat teknologi rupanya tidak hanya mengatasi masalah dan menggeser tatanan hidup manusia terdahulu, namun juga menciptakan tatanan kehidupan baru bagi manusia modern. Era millenial merupakan istilah untuk tatanan peradaban manusia modern yang menjadikan teknologi sebagai sahabat dalam menjalankan aktivitas sehari-hari. Pada era millenial, manusia mulai meninggalkan cara-cara konvensional dalam menjalani kehidupan, digantikan dengan trend dan gaya hidup yang lebih fresh and youth,atau yang biasa dikenal dalam istilah “kekinian”.
Menurut Kepala Bidang Pembinaan Pendidikan SMK mengungkapkan bahwa “Generasi millenial didominasi oleh orang-orang pada era 1980-2000an, itu sebabnya orang tua dan staf sering kali mengalami penolakan dari generasi millenial dengan alasan bahwa orang tua tersebut kuno, ketinggalan zaman, dan tidak memahami kondisi “zaman now”.
“Era 4.0 munculnya teknologi serba komputer, tugas orang tua dan guru mempersiapkan anak menghadapi zamannya” tegas lagi Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur.
Kecenderungan generasi millenial lebih suka mendengarkan musik dan hang out asik bersama teman-temannya dan berbelanja online. Maka tak mengherankan bila banyak cafe atau tempat nongkrong lainnya yang ramai dikunjungi anak muda zaman now dan bahkan mall ramai hanya untuk jalan-jalan bukan untuk berbelanja, karena itulah anak kehidupan sosial mereka. Nah, apabila melihat berbagai karakteristik yang dimiliki generasi millenial, tampaknya kehidupan dari generasi ini sungguh terjamin dan menyenangkan. Bagaimana tidak, kemajuan teknologi yang pesat, kehidupan yang super dinamis dan perkembangan alat telekomunikasi telah membantu mereka dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Seperti kegiatan pembelajaran di kelas siswa mencari tugas dan materi by phone.
Fakta diatas bahwa siswa di sekolah merupakan bagian dari generasi millenial rupanya memberikan warna tersendiri bagi dunia pendidikan. Berbagai perilaku siswa yang unik dan menarik baik dalam bidang yang positif maupun negatif menjadi hal yang dengan mudah ditemukan di berbagai sekolah. Dalam bidang yang positif, karakteristik siswa sebagai generasi millenial yang mudah mengakses informasi dan sangat akrab dengan teknologi menjadikan siswa lebih kreatif, inovatif, dan mampu mengembangkan dirinya untuk meraih prestasi di bidang akademik, olahraga, seni dan media kreatif melalui cara-cara baru yang tidak bisa dilakukan oleh generasi sebelumnya. Akan tetapi, generasi millenial juga seringkali terjebak pada beberapa permasalahan seperti nomophobia (kecanduan gadget), cyber bullying melalui media sosial, degradasi moral karena banyaknya konten di media sosial yang kurang mendidik, dan lain sebagainya. Kondisi ini membuat siswa terhambat dalam mengikuti proses pembelajaran di sekolah dan sulit mencapai tujuan pendidikan nasional.
Oleh karena itu, pendidikan yang tinggi saja ternyata tidak cukup, anak muda zaman now harus dibekali dengan berbagai pengalaman soft skills yang baik. Nah, menjadi pribadi yang kreatif, aktif dan inovatif tentu harus dimiliki dalam jiwa anak muda. Hal tersebut sebagai syarat utama bagi generasi millenial untuk dapat bersaing dan menghadapi berbagai tantangan. “Siswa SMK harus LEBAI (Learning, Educated, Behavioristic, Asertif, Inovatif)” ujar pemateri Untung Ri’fai, S.Pd, Kons
“Guru bimbingan Konseling (BK) atau konselor salah satu pihak yang bertanggungjawab dalam membimbing siswa agar tidak menyalahi norma dan nilai yang berlaku. Bekerjasama dengan orangtua dan staf sekolah lainnya, konselor perlu melakukan pencegahan, pendampingan, dan tindakan kreatif pada siswa generasi millenial agar dapat berkembang secara optimal” tegas Budi Purwoko dosen UNESA
Pada kegiatan “Bimbingan Teknis Peningkatan Kualitas Layanan BK tahun 2019“ Budi mengajak para guru BK mengetahui tentang HOTS (High Order Thingking Skills) berfikir kreatif, kritis dan membangun kerjasama dan berkolaborasi”
“Salah satu hal yang dapat dilakukan oleh konselor adalah resiliensi atau menyesuaikan diri dengan keadaan sekitar, mencoba memandang ke arah yang sama dengan pandangan para siswa generasi millenial untuk memahami kondisi siswa dan mengeksplorasi permasalahan secara mendalam, sesuai dengan permendiknas No. 27 tahun 2008 tentang kompetensi konselor yang mengaplikasikan pandangan positif dan dinamis tentang manusia sebagai makluk spiritual, bermoral, sosial, individual dan berpotensi” jelas Drs Mohammad Sunhaji, M.Si di sela-sela Pelatihan Bimbingan Teknis Bimbingan Konseling SMK di Aula Hotel New Grand Park Surabaya, (14/3).
Konselor sekolah sebagai individu yang tidak diharapkan bertindak sebagai hakim atau penilai. Konselor berbeda dengan guru, pengurus sekolah dan orang tua dalam tugasnya di sekolah. Konselor tidak bertanggungjawab seperti guru untuk memastikan bahwa siswa mencapai dalam bidang akademik. Oleh karena itu konselor mampu mengadakan hubungan yang harmonis sehingga tercapai pertumbuhan dan perkembangan siswa.
“Konselor yang ramah, kekinian, mengerti trend anak muda dan memahami teknologi masa kini, namun tetap memegang teguh nilai dan norma dalam dirinya, akan hadir sebagai sahabat siswa yang mampu mengerti, memahami, mencegah, membimbing, dan menuntun siswa pada jalan kesuksesan yang menjanjikan”, tutur Dr. Umi Dayati, M.Pd dosen Universitas Negeri Malang.
Menurut hemat penulis generasi 4.0 merupakan generasi yang memliki ambisi besar untuk sukses, cenderung berprilaku praktis, dan ingin bebas. Generasi ini memiliki kepercayaan diri yang tinggi, menyukai hal yang detail, ingin diakui dan selalu bersinggungan dengan teknologi. Generasi ini memerlukan bimbingan untuk mencapai kesuksesan, sehingga peran bimbingan dan konseling dalam konteks pendidikan generasi 4.0 sangat dibutuhkan.
Lebih baru Lebih lama