MENGENAL “SIMPLISIA” SEBAGAI BAHAN BAKU OBAT TRADISIONAL

 MENGENAL “SIMPLISIA” SEBAGAI BAHAN BAKU OBAT TRADISIONAL

Oleh : Aisyah Muthmainnah, S. Farm


 

Simplisia merupakan bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat yang belum mengalami pengolahan apapun juga dan kecuali dikatakan lain, berupa bahan yang telah dikeringkan.

Simplisia terdiri atas 3 jenis yaitu, simplisia nabati, simplisia hewani, dan simplisia mineral (pelikan) dengan urain sebagai berikut :

1.    Simplisia Nabati yaitu simplisia yang dapat berupa tanaman utuh, bagian tanaman, eksudat tanaman, atau gabungan antara ketiganya. Simplisia nabati tidak hanya seluruh bagian tumbuhan, tetapi sering juga berupa bagian atau organ tumbuhan seperti akar, kulit akar, batang, kulit batang, kayu, bagian bunga dan sebagainya. Contoh yang merupakan simplisia nabati yaitu : bunga cengkeh, daun sereh, kulit kayu manis, akar alang-alang, bunga rosella.

2.    Simplisia Hewani yaitu simplisia yang dapat berupa hewan utuh atau zat-zat berguna yang dihasilkan oleh hewan dan belum berupa bahan kimia murni. Contoh yang merupakan simplisia hewani yaitu : minyak ikan (Oleum ieconis asseli) dan madu (Mel depuratum)

3.    Simplisia Mineral (Pelikan) yaitu simplisia berupa bahan pelikan atau mineral yang belum diolah atau telah diolah dengan cara sederhana dan belum berupa bahan kimia murni. Contoh yang termasuk kedalam simplisia mineral atau simplisia pelikan yaitu serbuk seng dan tembaga.

 

Keunggulan Simplisia diantara lain :

·      Efek sampingnya relative lebih kecil dari pada obat-obatan kimia karena berasal dari alam

·      Komposisi yang saling mendukung untuk mencapai efektivitas pengobatan

 

Kekurangan Simplisia :

·      Memiliki efek farmakologis yang lemah

·      Bahan baku belum terstandar

·      Sebagian besar simplisia belum dilakukan uji klinik

·      Mudah tercemar berbagai mikroorganisme

 

Pembuatan simplisia meliputi beberapa tahap diantaranya :

v Sortasi Basah : pemilihan hasil panen ketika tanaman masih segar

v Pencucian : dilakukan untuk menghilangkan tanah dan pengotor lainnya yang melakat pada bahan simplisia

v Perajangan : beberapa jenis simplisia perlu mengalami perajangan untuk memperoleh proses pengeringan, pengepakan, serta penggilingan

v Pengeringan : bertujuan untuk menurunkan kadar air, menghilangkan aktivitas enzim, memudahkan dalam hal pengolahan proses selanjutnya (ringkas, mudah disimpan, serta tahan lama)

v Sortasi Kering : pemilihan bahan setelah mengalami proses pengeringan

v Penyimpanan : simplisia perlu ditempatkan dalam suatu wadah tersendiri agar tidak saling bercampur antara simplisia atau dengan bahan lain nya

 

Untuk mengetahui mutu simplisia, maka dilakukan analisis yang meliputi analisis kualitatif dan juga analisis kuantitatif. Pengujian mikroskopik termasuk kedalam analisis kuantitatif, sedangkan untuk pengujian organoleptis termasuk kedalam analisis kualitatif. Uji mikroskopik dilakukan menggunakan mikroskop yang derajat pembesarannya disesuaikan dengan keperluan. Simplisia dapat diuji menggunakan sayatan melintang, radial, paradermal, membujur ataupun serbuk. Dari pengujian ini akan diketahui jenis simplisia berdasarkan pragmen pragenal spesifik masing-masing simplisia.

 

Serbuk simplisia memiliki beberapa persyaratan yaitu :

1.    Kadar air, kurang dari 10 %

2.    Angka lempeng total, kurang dari 10

3.    Angka kapang dan khamir, kurang dari 10

4.    Mikroba patogen, negative

5.    Aflatoksin kurang dari 30 bpj.

·      Aflatoksin adalah segolongan senyawa toksik yang dikenal mematikan dan karsinogenik bagi manusia dan hewan

·      Larutan dengan konsentrasi 1 bpj artinya mengandung 1 gram zat terlarut didalam 1 juta gram larutan atau 1 mg zat terlarut dalam tiap 1 kg larutan.

 

Pada pembuatan bahan dasar obat harus dilakukan beberapa uji coba yaitu uji organoleptic. Uji organoleptic merupakan cara pengujian dengan menggunakan indra manusia sebagai alat utama untuk pengukuran daya penerimaan terhadap produk. Pengujian organoleptic dapat memberikan indikasi kebusukan, kemunduran mutu, dan kerusakan lainnya pada produk.

 

Adapun syarat-syarat yang harus ada dalam uji organoleptic adalah ada contoh yang diuji yaitu benda perangsang, ada panelis sebagai pemroses respon, ada pernyataan respon yang jujur respon dan spontan, tanpa penalaran, imaginasi, ilusi atau meniru orang lain atau asosiasi. Tujuan uji organoleptic adalah :

1.    Pengembangan produk dan perluasan pasar

2.    Pengawasan mutu, bahan mentah, dan komoditas

3.    Perbaikan produk

4.    Membandingkan produk sendiri dengan produk pesaing

5.    Evaluasi penggunaan bahan, formulasi, dan peralatan baru

 

Pemanfaatan simplisia sebagai bahan obat tradisional, sebaiknya menggunakan bahan obat yang telah teruji khasiat dan keamanannya, yang sudah terbukti teruji pra klinik dan klinik, sehingga dapat di pertanggungjawabkan secara ilmiah.

 

 

Pustaka :

 

Departemen kesehatan RI. 2008. Farmakope Herbal Indonesia. Jakarta : Departemen Kesehatan Republik Indonesia
Lebih baru Lebih lama